Author : Yun Jaejoong Cassiopeia (Me)
SIJU (sid-jules)MOMENT
Hohohoho, author
senyum-senyum sendiri (gila), nggak rela kalo cerita HSP and LU ditamatin,
masih mau baca kelanjutannya, hehehe, bahkan nggak apa-apa deh kalo misalnya
HSP-LU dibuat jadi sinetron, nggak bosen juga ngeliat tampang-tampang mereka,
apa lagi tokoh favoritnya author SIJU, hehehehe, ini hanya cerita fiktif
belaka, apabila ada kesamaan nama tokoh de,el,el harap dimaklumi (bener nggak
ya itu dibilang di awal-awal sinetron?) ah peduli amat, kalo mau baca ceritanya,
cekidot aja deh! Lets go! (www.gaje@gila.setres.co.id :D)
>> Julia’s story
“sid!!” panggil
Julia sambil berlari kearah sid yang baru saja datang, lalu menggandeng
tangannya, lando, cokie, dan rama, hanya bisa geleng-geleng kepala dengan
kelakuan dua orang itu.
“apa?!” tanya
sid
“mmm… temenin
gue jj donk ntar sore, yayayaya?” kata Julia sambil mengedipkan kedua matanya.
“nggak bisa?”
“yah…sid, kenapa
sich? ayolah” rengek Julia masih dengan tampang memelas.
“aduh jules,
nggak bisa…gue disuruh jagain bayi yang tidak diharapkan dari godzila itu”
tampangnya sid langsung berubah kusut setelah mengatakan hal itu, dia
melepaskan gandengan tangan Julia, lalu berjalan menuju kelasnya.
@o@
Sorenya…
Karena
hillarious terpaksa ditutup, karena rama dan keluarganya akan pergi kepesta.
Sebenarnya rama menolak ajakan itu, tapi ia terpaksa menuruti keinginan kedua
orang tuanya. (Apa hubungannya ya? Ada acara pesta sama hilarious ditutup,
hahaha, gaje.com)
“oii!
Jules!!” panggil zai yang langsung berlari kearah Julia.
“hai!”
Julia melambaikan tangannya
“ngapain lo
disini sendiri? Rambut pirang itu dimana?” tanya zai celingak-celinguk mencari
keberadaan rambut pirang yang dimaksudkan.
“dia nggak ada
disini, gue pengen jalan-jalan ajja, udah lama nggak kesini, hehe” kata Julia
cengengesan
“gue tebak,
sipirang itu nggak mau nemenin, iya kan? Kalo gitu gue aja yang nemenin” belum
sempat Julia menolak, zai sudah menariknya berdiri dari tempat duduknya, lalu
berjalan mengelilingi taman. (kurang kerjaan banget ‘–.-)
Acara jalan-jalan
Julia_Zai dihabiskan dengan tawa dan canda, tiba-tiba Zai menarik lengan Julia,
menyuruhnya berhenti, dan bersembunyi dibalik pohon yang lumayan besar bisa
menutupi kedua orang ini.
“sid…” cewek itu
memegang kedua pipinya sid
“i..itukan amel”
kata Julia lirih, entah kenapa perasaannya campur aduk, sedih, sakithati, tidak
percaya, dll. dia selalu melihat sid dan amel jalan berdua, di mall, pulang
sekolah sid selalu menjemput amel, dan sekarang DITAMAN!!!
Amel memegang
kedua pipinya sid, mengelusnya lembut, sementara itu, sid hanya diam saja, dia
tidak menolak, bahkan dia juga terlihat menikmati, sambil menatap amel
lekat-lekat.
butiran air mata
sudah mengaliri pipinya Julia(lebuy), zai menatapnya kasihan. Menit berikutnya,
amel berjinjit, semenatar sid membungkukkan badannya, merespons keinginan amel
untuk menciumnya.
Zai menutup mata
Julia menghindarinya dari pemandangan menyakitkan itu, dia memeluk Julia,
membiarkannya menangis didadanya.
@o@
TOK!TOK!TOK!
“Permisi” suara
orang dibalik pintu
“pasti kak sid”
tebak tasya semangat, dia berlari menuju pintu hendak membukanya.
“selamat malam,
benar ini rumah keluarga Julia? (author nggak tau nama bapaknya jules :D)”
tanya seorang, eh! dua orang laki-laki bertubuh besar, memakai jaket hitam,dan
kacamata hitam mirip seperti FBI yang sedang memburu teroris, tasya terpaku
melihat orang didepannya, bisa dibilang takut.
“siapa ta?”
tanya ibunya Julia, lalu menghampiri tasya yang masih berada dipintu. “ada
apa?” tanyanya kemudian kepada dua laki-laki itu.
“boleh kami
masuk dulu?” tanya salah seorang dari mereka. Dengan berat hati ibunya Julia
mempersilahkan mereka masuk.
“ta, panggil
papa” seru ibunya Julia, tasya pun pergi memanggil papanya yang sedang berada
dikamar. Setelah melaksanakan tugasnya, dia berlari menuju kamar Julia,
membangunkannya secara paksa. Julia yang dibangunkan seperti itu langsung
marah-marah. Tasya membekap mulutnya,
lalu menarik Julia menuju kamar tamu, (niatnya sich untuk nguping pembicaraan,
siapa juga yang nggak penasaran dua orang tak dikenal bertamu malam-malam, yang
pastinya mempunyai maksud tertentu?)
“begini
pak…bla…bla” kata salah satu dari mereka, yang juga dibenarkan oleh anggukan
dari yang lain.
“tapi, saya
sudah membayar semuanya, bahkan rumah dan apartement saya kalian sudah
mengambilnya, lalu apa lagi yang kurang?!” kata papanya Julia sedikit
membentak.
Julia menggigit
bibirnya, sementara tasya sudah memeluk Julia sedari tadi.
“itu belum
cukup, terpaksa kami akan mengambil rumah ini”
“tidak bisa!
Semuanya sudah saya bayar, apa kalian punya bukti akan pengambilan rumah ini?!”
Laki-laki tak
dikenal itu menyerahkan berkas-berkas yang dilapisi map berwarna merah kepada
ayahnya Julia.
“baiklah”
katanya pasrah
“pa…” ayahnya
menggenggam tangan ibunya, bermaksud menenangkannya, dia sudah pasrah, karena
tidak mungkin lagi untuk melawan dua orang itu.
“rumah ini harus
dikosongkan besok” kata mereka, lalu brangsur pergi dari rumah Julia.
“ma, pa” kata
Julia yang baru keluar bersama tasya dari persembunyiaannya.
“ju, maafin
papa” katanya lalu memeluk Julia. Sementara ibunya berusaha menenangkan tasya,
yang sedari tadi sudah menangis.
“Julia, maafin
papa, kamu pasti sudah mendengar sendiri, kita harus pindah, dan…dan kamu juga
harus meninggalkan beasiswa mu di athens” kata papanya sedih
“tapi pa, Julia
masih ingin sekolah disana, Julia nggak mau pindah, lagipula sia-sia saja
beasiswa Julia disana” Julia tidak mau meninggalkan sekolahnya, selain
mempunyai banyak kenangan indah diathens, 5 bulan lagi dia akan menghadapi
Ujian Nasional, sangat disayangkan apabila sekarang dia harus pindah
sekolah.
“ju, maafin
papa, tapi kali ini papa mohon sama kamu, setelah urusan ini selesai, papa
janji akan balik lagi, lalu menyekolahkanmu di Athens”
“pa, Julia akan
ujian 5 bulan lagi, sia-sia saja usahanya Julia selama ini” Julia bersikeras
menentang permintaan papanya, walaupun sebenarnya dia tidak tega sama sekali.
“Julia, kami tau
ini sangat berat untukmu, begitupun dengan kami, tapi ini terpaksa julia,
mengertilah” ibunya mengelus-elus pundak Julia, meyakinkannya.
“ma…”
“Julia maafin
mama, kali ini mama nggak tau harus bagaimana, mengertilah Julia, mama mohon,
kita akan pindah kerumah eyang kakung selama masalah ini belum selesai” mamanya
masih meyakinkan Julia.
“ma…”
“kak juju…”
tasya memotong perkataannya, sambil memeluk Julia. Julia mendesah, lalu
mengangguk pelan.
“terima kasih
julia, papa janji akan membereskan semua ini secepatnya” katanya kemudian
menepuk pundak Julia. Ingin rasanya Julia berteriak : KENAPA SEMUA INI BISA
TERJADI KEPADAKU!!
@o@
Julia
menekan beberapa nomor di HPnya berusaha menceritakan masalahnya sekaligus
berpamitan kepada sahabatnya.
“halo jules?
Kenapa?” tanya aida dari seberang sana
“mmm…”Julia
masih ragu untuk menceritakannya, tapi dia tidak ingin melihat aida khawatir,
kalau besok ia tidak masuk sekolah. “gue…”
“aidaaaa!”
panggil mamanya
“bentar ma!”
jawanya lalu kembali mendekatkan handphonenya ketelinga. “kenapa jules?”
tanyanya sekali lagi
“gini, besok….”
“aidaaaa!”panggil
mamanya lagi, aida kembali menjawab ya.
“lo sibuk ya
ai?” tanya Julia merasa telah mengganggu
“nggak juga
sich, Cuma mau nemenin mama aja pergi ke supermarket, kenapa dengan besok?”
tanya aida mempercepat kata-katanya. Mamanya sudah berkacak pinggang melihatnya
masih berdiri ditempat semula.
“besok aja deh,
lo temenin nyokap gih sana” katanya lalu meneal tombol merah dihpnya. Julia
mendesah, lalu kembali menghubungi via.
“yo, napa
jules?” tanyanya
“vi…”
“mbk, semuanya
berapa?” tanya salah seorang yang diduga Julia adalah langganan catteringnya
via.
“bentar jules”
diseberang sana, via sibuk menghitung-hitung biaya yang harus dibayar oleh
langanannya itu.
“lanjutin aja
dech vi” Julia menutup telponnya, kembali ia mendesah, lalu tersenyum pahit.
Dia menimbang-nimbang untuk memberitahu rama, mereka harus tahu supaya mereka
tidak hawatir nantinya. Tapi apakah mereka akan menghawatirkannya? Seperti
perkiraannya Julia?
“halo rama” kini
giliran Julia yang berbicara setelah telponnya di jawab
“napa jules?”
“woii! Rama,
buruan!, ketinggalan lo ntar” panggil kakaknya
“berisik lo!,
kenapa jules?” tanyanya mengalihkan pembicaraan dari kakaknya ke Julia
“mmm…nggak ada”
katanya lalu menutup telpon. Julia tersenyum lebar.pahit. semua orang pada
sibuk semua, nggak apalah, mungkin gue aja yang ke GRan, merasa kalau mereka
menghawatirkan gue, katanya dalam hati lalu tertawa pelan.
“kak juju..”
tasya menarik baju Julia
“bentar lagi ya,
kak juju mau telpon kak sid bentar” Julia menekan nomor yang memang sudah
diluar kepala baginya, walau bagaimanapun sid masih berstatus sebagai pacarnya,
dia berhak tau masalah Julia, walaupun memang dia nggak mau tau. Rasa sakit
hatinya melihat kejadian di taman kemarin, dilupakannya sebentar, dia ingin
memperjelas hubungannya.
“halo… sid?”
tanya Julia
“ehm…” katanya
tanpa mengeluarkan kata-kata, Julia berpikir, sid memang tidak berniat sama
sekali untuk menjawab telponnya.
“gue mau bilang
kalo….”
“gue juga mau
ngomong, kayaknya kita udah nggak cocok lagi, kita putus aja ya?” katanya
memotong pembicaraaan Julia. Tanpa sadar Julia mematikan hpnya.
Deg!
Dugaannya selama
ini benar, sid menjauhinya karena sudah tidak menyukainya lagi. Julia menangis!
Membuat tasya heran melihatnya. Biasanya kalau Julia ataupun sid yang menelpon,
mereka selalu tertawa. Tapi tidak untuk hari ini.
“kak juju
kenapa? Kak sid bilang apa?” tanyanya kemudian, Julia tertawa pelan sambil
menyeka air matanya
“kami udah putus
tasya” katanya pelan, mengelus rambut tasya, lalu menggandengnya menuju kedua
orang tuanya yang sudah menunggu didepan rumah, dengan beberapa koper, dan tas
yang berada didepan mereka.
“tasya benci kak
sid!” katanya lalu menangis. Kedua orang tuanya hanya menatap dua anak mereka
kasihan. Kali ini nasib tidak memihak kepada mereka.
@o@
Di sekolah…..
“loh, jules mana
ai?” tanya rama memperhatikan seisi kelas, mencari-cari keberadaan Julia.
“nggak tau juga,
tuh anak kamana ya? Tumben nggak masuk, nggak bilang-bilang, eh tapi kemaren
dia nelpon, tapi nggak tau dia mau bilang apa, dia matiin telponnya duluan”
kata aida menutup buku bacaannya lalu melakukan hal yang sama dengan rama.
“gue juga di
telpon” rama menatap aida, rama mengeluarkan HP dari saku celanya, bermaksud
menelpon Julia. Nihil, tidak ada jawaban hanya suar operator saja.
Nomor yang anda
tuju belum terpasang, bla…bla…
Rama mencoba
menghubungi kembali, aida melakukan hal yang sama, setelah tidak menemukan
jawaban, keduanya lalu menatap sid bersamaan.
“Julia kemana
sid?” tanya aida penuh harap
“nggak tau”
jawab sid, lalu beranjak pergi dari kelasnya, entah kemana.
“aneh tu orang,
bininya sendiri dia nggak tahu” cokie menyahut sambil menggelengkan kepalanya,
heran. Tidak biasanya pasangan sejoli itu seperti sekarang
“coba telpon
rumahnya” lando menyarankan. Sia-sia saja semuanya nihil. Mereka masih
penasaran kenapa Julia nggak masuk sekolah.
Lama setelah bel
tanda istirahat berbunyi, keempat orang itu menemukan sid di kantin, lalu duduk
disampingnya.
“eh ai, Julia
mana?” tanya via yang baru saja datang. Cokie menggeser dudunya, mesikan untuk
via, dia menepuk bangku itu pelan, menyuruh via untuk duduk disampingnya.
“nggak tau, kami
udah ngehubungin dia, tapi nggak bisa” kata aida pasrah, diikuti oleh anggukan mereka,
kecuali sid tentunya. Dia masih tertunduk menatap meja dengan pandangan kosong.
“dia nelpon
kemaren, tapi nggak tau ada apa,sid, Julia mana?” tanya via heran melihat sid
yang sedari tadi terus diam.
“nggak tau,
heboh banget sih lo-lo pada, baru nggak masuk sehari hebohnya melebihi penonton
sepak bola” jawabnya ketus
“elo kan
pacarnya, jadi wajar donk gue nanya sama lo” kata via sewot
“dia bukan pacar
gue!” katanya menekankan kata terakhirya itu. lalu pergi. Mereka hanya menatap
kepergian sid dengan ekspresi berbeda, kesel, marah, dongkol, ingin rasanya
mereka melempari sid dengan batu yang besarnya sama dengan sekolah ini. Hehe,
lebuy banget dah :D.
@o@
Hilarious…
“Julia
mana?” tanya zai yang terlihat berlari kecil menuju hilarious menghampiri
kelima orang yang berada di kursi kebanggaan mereka
“kami
juga lagi mikir dia kemana” jawab aida yang terlihat cemas
“gue barusan
kerumahnya, sepi banget, bahkan pintunya ada tulisan DISEGEL (bener nggak
kalimatnya? ‘–.-)” kata zai mulai panic, wajah mereka juga sama panicnya
seperti zai, kecuali sid.
“lo kan
pacarnya, seharusnya lo tau dong dia kemana” kata sid santai tidak terdengar
panic dari cara bicaranya. Perkataan itu tentu saja ditujukan untuk Zai
“maksud lo
apa?!” zai menatapnya tajam, sementara wajah-wajah yang menyaksikan perdebatan
kedua orang yang secara tiba-tiba ini, membuat mereka jadi bingung.
“ngaku aja lo,
lo uda pacaran kan sama si Julia, lo nggak perlu nutupin deh, gue udah putus
sama dia,jadi nggak perlu ngelak kayak gitu” sid membalas tatapan tajam zai
“lo mutusin
Julia? Brengsek lo, seharusnya dia yang mutusin elo bukan elo yang mutusin
dia!” zai menarik kerah baju sid, membuatnya berdiri.
Dengan cepat sid
melepaskan cengkraman zai dari kerah bajunya. “terserah gue mau apa, puas kan
lo sekarang!” sid beranjak pergi, namun lengannya ditarik oleh zai.
“sadar nggak sih
elo udah nyakitin dia! Tega lo sid, lo ciuman sama si amel didepannya! Kalo tau
lo sifat lo kayak gitu, gue nggak mau nyerahin Julia sama lo!” katanya tanpa
menatap sid.
Semuanya tidak
ada yang berbicara. Masih tidak percaya sid melakukan semua itu.
“terus apa
urusannya sama lo!” kata sid tidak mau kalah.
“jadi urusan gue
sekarang! Lo ngeduain dia!” zai benar-benar membentak rama. Seketika semua mata
yang berada di hilarious tertuju pada dua orang itu. untungnya pengunjung tidak
terlalu rame.
“dia juga
ngeduain gue sama ELO!” sid menunjuk dadanya zai
“udah!, lo
berdua nggak malu diliatin berantem, duduk lo!” perintah lando yang baru
mengeluarkan suaranya.
Zai menatap
seisi cafe lalu duduk disamping rama, sementara sid harus ditarik secara paksa
oleh cokie, baru mau duduk, ditempatnya semula, disamping kanannya lando.
“masalahnya
nggak akan selese kalo kalian terus bertengkar, lebih baik lo ngomong baik-baik,
sebenarnya ada apa?” rama menasehati
“gue mutusin
julia” jawab sid
“kenapa?” tanya
aida masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya
“karena gue
nggak suka setiap hari dia selalu pergi sama DIA!” kata sid tajam, tatapannya
tertuju pada Zai.
“gue yang minta
dia nemenin gue pergi! dia selalu cerita tentang elo, yang mulai ngejauhin
dia!, sadar nggak sih lo,udah berapa kali dia ngeliat elo jalan sama amel?!
Bahkan elo tega, ciuman didepan matanya!” benatk zai
“bener itu sid?”
tanya rama, sid merunduk lalu menatap kerah zai lagi, dia tidak ingin hanya
dirinya sendiri yang disalahkan
“lo juga, kenapa
peluk-peluk dia didepan gue!”
“dasar pirang
sableng! Gue nenangin dia begok!, gue nggak akan ngasi liat pemandangan yang
menjijikkan lo itu!, sableng! Sableng! Lo pikir gue secepat itu ngerebut pacar
orang?! Julia nggak suka sama gue! Dia sua sama ELO! Gue heran kenapa dia bisa
suka sama cowok imut, pirang sableng, begok kayak lo” kata zai melanjutkan
celaannya, sambil menggelengkan kepalanya.
Sid
memelototinya geram. Enak aja dia bilang sid seperti itu. sementara cokie
terkikik geli mendengar celaan yang disebutkan oleh zai. “sepertinya cemburu
udah menguras hati elo sid” katanya masih tersenyum geli.
“terus sekarang
Julia diamana zai?” tanya aida kemudian
“pindah kerumah
eyang kakungnya, rumahnya disita lagi sama orang yang dulu udah nipu bokapnya,
gue nganter mereka sekeluarga tadi pagi, dia juga cerita dia udh nelpon kalian,
tapi dia nggak mau ganggu kalian, dan dia cerita tentang si Sableng yang udah mutusin dia!” katanya
menekankan kalimat itu kepada sid.
Sid menunduk,
merenungi semua perbuatannya.
“anterin gue
kesana” kata sid merasa bersalah
“nggak!, dia
nggak mau ketemu sama lo!, bahkan tasya pun yang kecil bersumpah kalo ketemu
elo, dia akan nyiram elo sama tinta pulpen supaya rambut pirang sableng elo itu
jadi item!” zai tersenyum sinis kepada sid. Rama, lando, aida, cokie, tertawa
mendengarnya, bahkan lara, dan via yang sedang menyajikan makanan kepada
pengunjung yang baru datang tersenyum geli mendengarnya.
“jangan panggil
gue sableng!” bentak sid marah
“peduli banget
sama lo! Oh ya, dia nitip salam sama kalian kecuali si sableng itu tentunya,
katanya dia minta maaf kalo misalnya buat kalian hawatir” kata zai tersenyum
sambil melirik kearah sid yang masih menunduk.
“terus
sekolahnya gimana?” kata lando memecah keheningan
“untuk
sementara, dia nggak sekolah, sampe masalah mereka bener-bener selesai”
“anter gue
kerumahnya!” perintah sid sambil menarik lengan zai. Zai memberontak, dia
mencoba melepaskan cengkraman itu, tapi tidak berhasil, cengkramannya sid
terlalu kuat untuk dilepaskan
“udah gue
bilang, dia nggak mau ketemu ELO!” zai menghentikan langkahnya. “lepasin nggak
tuh tangan lo! Gue bukan kambing yang bisa lo tarik semau ELO!” bentaknya
keras.
“mending lo
anterin dia gih sana, bisa-bisa dia ngancurin café gue kalo lagi marah” sahut
rama sambil tersenyum. Lalu diikuti oleh anggukan keempat orang itu.
“gue nggak
tanggung nih kalo sampe Julia bawain lo kapak wiro sableng kalo ketemu lo!”
kata zai tersenyum
“cerewet” sid
menarik zai menuju motornya.
“cabut!” kata lando bangkit berdiri
“kemana?” tanya
rama heran melihat reaksi lando yang tiba-tiba itu.
“lo pada nggak
mau liat apa yang terjadi selanjutnya?” lando mengangkat sebelah alisnya sambil
tersenyum.
“gue ikut!” kata
cokie bersemangat
“ok, lara, ayo,
kita jangan sampe ngelewatin apisode selanjutnya” kata rama yang sudah melihat
para pengunjung sudah tidak ada ditempat mereka lalu beranjak pergi mengikuti
zai.
@o@
“kak
juju, jangan ngelamun gitu dong!” teriak tasya ditelengi Julia yang membuat
gendang telinganya hampir meledak.
“tasya!!!”
teriak Julia, tasya melebarkan senyumnya sambil berlari menyusuri jalan kecil
diantara kebun teh milik eyangnya. Julia mengejarnya. Langkahnya terhenti saat
tasya menabrak orang didepannya, laki-laki yang jauh lebih tinggi darinya.
Tasya mendongak, dia terkejut, lalu berbalik, berlari kearah Julia yang sudah
lebih dulu menghentikan acara kejar-kejarannya. Tasya bersembunyi dibalik kaki
Julia, tasya beranggapan kalau sid adalah genderuwo yang bersia-siap
menangkapnya.
“Julia,
gue…” sid mendekat, sementara Julia dan tasya terus mundur, sid memperhatikan
reaksi mereka dengan tatapan bersalah, dia ingin memeluk Julia! Memohon supaya
cewek itu kembali padanya.
Julia
tidak menatap sid, dia menatap zai dengan pandangan ingin membunuhya, sementara
zai mengangkat kedua tangannya, mengisyaratkan kalau dia mememinta maaf telah
melanggar janjinya. Tak lama kemudian, lando, rama, cokie, aida, lara dan via
datang. Mereka menatap Julia dengan senyuman.
“Julia…”
sid melangkah lambat, Julia masih berusaha menghindar, sementara tasya sudah
berlari terbirit-birit seperti dikejar setan kearah tujuh orang yang berada
dibelakang sid. Tinggal Julia seorang yang menentukan apa yang harus dilakukan
sekarang.
“berhenti
nggak!” ancam Julia, yang seketika itu membuat langkah sid berhenti.
“Julia…gue”
“gue nggak mau
ketemu sama lo, pergi!” katanya kemudian. Julia tidak bisa berlama-lama untuk
tidak menyapa sid, dia masih menyukainya, tapi sid perlu mendapat balasan yang
setimpal sama perbuatannya.
“gue minta maaf
jules…” sid menatap Julia,melangkah pelan, menyakinkannya bahwa dia tidak akan
menghianatinya lagi.
“berhenti nggak!”
bentak Julia, matanya sudah berkaca-kaca lagi, setiap melihat sid, selalu
terbayang kelakuan-kelakuan buruknya.
Julia berlari
secepat mungkin, dia tidak ingin melihat sid! Sid repleks langsung mengejarnya,
dia berhasil mendahului Julia, sid berhenti didepannya, ketika Julia sudah
berbalik mencoba kabur, sid menarik tangannya, merengkuhnya dalam pelukannya,
Julia meronta, mencoba melepaskan pelukan itu, tapi tidak berhasil, pelukan sid
terlalu erat, membuatnya sulit bernafas.
Dia mendengar
isak tangis! Sid menangis! Sid menangis dipundak Julia.
“jangan pergi
lagi!” katanya disela-sela tangisnya
Julia menunduk
menyembunyikan wajahnya didada sid
“kamu memang
harus pergi sid, benar katamu, kita udah nggak cocok lagi” kata Julia pasrah,
dia tidak boleh menyesali perkataannya, dia harus bisa menerima semuanya,dia
tidak ingin disakiti untuk kesekian kalinya.
“nggak! Gue
nggak mau!” sid menarik bahu Julia, menatap cewek yang masih menunduk itu
lekat-lekat. “liat gue!” perintah sid, namun tidak ada respon dari Julia, sid
yang tidak sabar lagi, mengangkat dagu Julia menghadapnya. “gue tau, gue emang
egois, tapi jules, gue nggak siap untuk pisah sama lo, please?”
Julia
menggeleng. “amel, lebih baik dari pada gue, dia cantik, pintar,kaya, sedangkan
gue nggak ada apa-apanya dibanding dia, lo lebih baik bersamanya” Julia menatap
sid, tatapan sedih, membuat air matanya perlahan mengaliri pipinya.
Sid menyeka air
mata Julia, mengelus lembut pipinya, lalu memeluknya lagi, dia tidak ingin
berpisah lagi dengannya. Cukup untuk yang sudah berlalu, dan memulai yang baru
untuk sekarang.
“lo yang paling
baik buat gue, nggak ada yang lain, maafin gue, gue masih cinta sama lo, balik
lagi yak? Kalo nggak mau….gue nggak akan ngelepasin pelukan gue sampe lo mati,
dengan begitu si zai itu nggak akan bisa dapetin lo!” ancam sid, yang membuat
Julia tersenyum, ingin rasanya dia tertawa mendengar kaliamat sid barusan.
“eh sableng! Lo
ngomong apa sama jules, mati lo nanti gue tebas pake kapak 1212 sodara lo!”
kata zai mengancam, mereka semua kontan tertawa mendengar kalimat-kalimat itu.
“woii sid!!
Lepasin tuh pelukan, bikin ngiler aja!” kata cokie cengengesan yang langsung
mendapat pukulan dikepalanya oleh via.
“kak sid,” kata
tasya malu-malu dari belakang tubuhnya sid yang masih memeluk Julia. Mendengar
panggilan tasya, sid melepaskan pelukan itu, lalu menghadap tasya, dia ingat
kaliamat za waktu di hilarious tadi.
Sid menunduk
menyeimbangi tingginya dengan tasya, tanpa keraguan tasya menyiram kepala sid
dengan air pencucian batik yang berwarna hitam itu yang membuat rambutnya
basah, dan menjadi hitam oleh air seperti harapannya tasya. Tasya langsung
berlari sambil menarik tangan Julia menghindari amukan sid!.
“tasya!
Juliaaaaaa! Berenti nggak!” ancamnya sambil mengejar mereka
@o@
Begemana?
Begemana? Gaje banget kan! Hehehehe,author emang lagi stress, jangan lupa
kritik and sarannya ya?!
And terima kasih buat k ori yang udah buat
novel HSP_LU! Tereak dari ujung menara eifel, hahahaha